Rabu, 13 Januari 2021

AGAMA BUDDHA DAN AGAMA BUDAYA

 





Agama Budaya berarti agama yang dibudayakan. Agama yang dibudayakan adalah ajaran suatu agama yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh penganutnya sehingga menghasilkan suatu karya atau budaya tertentu yang mencerminkan ajaran agama tersebut. Memandang agama bukan sebagai peraturan yang dibuat oleh Tuhan untuk menyenangkan Tuhan, melainkan agama itu sebagai kebutuhan manusia dan untuk kebaikan manusia. Hal yang mendasari pendapat bahwa agama Buddha merupakan agama budaya adalah terdapatnya wujud-wujud kebudayaan dalam agama Buddha. Wujud kebudayaan ada tiga, yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak. 

Gagasan (Wujud Ideal)

Ajaran agama Buddha merupakan kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan yang dikemukakan oleh Buddha Gotama. Kumpulan ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan yang diajarkan oleh Buddha didasari pengalaman batin seorang pencari dan berhasil merealisasi kebenaran. Kebudayaan dalam wujud kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, dan peraturan yang dikemukakan oleh Buddha saat ini tertuang dalam Kitab Suci Tripitaka/Tripitaka. 

Aktivitas (Tindakan)

Aktivitas merupakan wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Kebudayaan buddhis dalam wujud aktivitas di antaranya: pindapata, upacara pelimpahan jasa, meditasi, puja bakti, dan melepas satwa (fang sen).

Artefak (Karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Kebudayaan dalam wujud artefak atau karya yang berkembang di masyarakat buddhis di antaranya: patung Buddha (buddha rupang), bangunan tempat ibadah (vihara, arama, cetiya), bangunan monument (candi, pagoda, pilar), dan simbol-simbol buddhis (stupa, cakra, bendera)

AGAMA BUDDHA DAN TRADISI 

Ajaran Buddha toleran terhadap tradisi dan adat istiadat asalkan tidak membahayakan kesejahteraan orang lain. Buddha mengajarkan agar tidak mempercayai sesuatu hanya karena hal tersebut merupakan tradisi atau adat. Namun demikian, Beliau tidak menganjurkan untuk membuang semua tradisi secara mendadak. Dalam Kalama Sutta Buddha menyatakan, "Engkau harus mencoba tradisi tersebut dan menguji sepenuhnya. Jika tradisi itu masuk akal dan mendatangkan kebahagiaan bagimu dan kesejahteraan bagi orang lain, maka kamu seharusnya menerima dan mempraktikkan tradisi dan adat tersebut."
Adat-istiadat hendaknya berada dalam batas kerangka keagamaan. Dengan kata lain, seseorang hendaknya tidak melanggar ajaran agama universal untuk mengikuti tradisi tertentu. Jika seseorang sangat taat mengikuti tradisi yang tidak memiliki nilai religius, maka ia dapat mempraktikkannya asalkan tidak mengatasnamakan agama. Meskipun demikian, praktik-praktik semacam itu hendaknya tidak membahayakan diri sendiri dan makhluk hidup lain. 

AGAMA BUDDHA DAN UPACARA RITUAL 

Upacara dan ritual merupakan suatu ornament atau dekorasi untuk memperindah suatu agama agar menarik masyarakat. Hal ini memberi bantuan psikologis bagi beberapa orang. Menurut Buddha, seseorang tidak boleh melekat pada praktik-praktik ritual saja untuk perkembangan spiritual atau kemurnian mentalnya. 

AGAMA BUDDHA DAN PERAYAAN KEAGAMAAN 

Umat Buddha sesungguhnya tidak menjalankan perayaan Buddhis dengan bersenang-senang bersukaria atau mengadakan pesta. Umat Buddha sejati menjalankan perayaan hari raya dengan sikap berbeda sama sekali. Pada hari raya tertentu, mereka mencurahkan waktu untuk menjauhkan diri dari semua kejahatan. Mereka berdana dan menolong orang lain untuk membebaskan diri dari penderitaan. Mereka menghibur teman dan keluarga dengan cara terhormat. 

Agama Buddha mengenal ada 4 Hari Raya yang biasanya dirayakan oleh umat dengan caranya masing-masing. Empat hari raya itu adalah Waisak, Asadha, Kathina, dan Magha Puja. Umat Buddha merayakan hari raya bisa sesuai selera mereka, akan tetapi yang paling penting adalah memahami makna dari hari raya tersebut, sehingga dapat mempraktikkan ajaran kebenaran untuk memperoleh kebahagiaan sejati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Satu Guru Satu Blog

 Perkembangan IPTEK berimbas pada dunia pendidikan yang menjadi tantangan bagi guru. Dalam rangka menjawab tantangan tersebut Ikatan Guru In...